Minggu, 14 Mei 2017

Ondel - Ondel Betawi



ONDEL-ONDEL BETAWI



Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. 

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Seiring berjalannya waktu, fungsinya tidak lagi sebagai pengusir roh jahat. Sekitar tahun 1960an, lebih tepatnya saat Gubernur Ali Sadikin memerintah, ondel-ondel dialihfungsikan. Jika awalnya dalam sejarah ondel-ondel hanya dikenal sebagai boneka pengusir roh jahat, maka hal tersebut diubah oleh Bang Ali. Tubuh ondel-ondel tetap dibuat setinggi 2 meter, tetapi dihias menggunakan baju yang semarak, tentunya dengan wajah yang tidak menyeramkan.

Ondel-ondel menjadi lebih sering tampil di acara pernikahan, sunatan, berbagai acara hajatan khas orang Betawi, acara penyambutan dan banyak lainnya. Lagu yang mengiringi pun tidak lepas dari musik khas Betawi yaitu tanjidor, rebana, ketimpring dan lainnya. Sejak itu, ondel-ondel lebih dikenal sebagai sebuah kesenian khas Betawi.

Kini, dalam acara khas kota Jakarta, kita akan melihat si boneka ini tersenyum seperti menyambut para tamu. Modernisasi yang terjadi pun tak membuat orang-orang melupakan si boneka besar ini, walau sudah makin jarangnya kita menemukan ondel-ondel (kecuali jika ada acara ulang tahun Jakarta atau kita mengunjungi Pusat Kebudayaan Betawi di Situ Babakan). Kehangatan dan keriaan yang tergambar dari wajah sang boneka pun seperti menggambarkan wajah asli penduduk Jakarta, hangat dan ceria menyambut tamu yang datang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar